RIWAYAT
BIDAN SRI ARIATI
Ø Ringkasan Riwayat Bidan Sri Ariati
Bidan Sri Ariati, mengabdi di Kabupaten Majene, Sulawesi
Barat sejak tahun 1980. Bidan berdarah Jawa ini telah banyak melakukan perubahan
demi kebaikan masyarakat Majene, bahkan hingga di masa pensiunnya saat ini.
Awal masa tugasnya di Majene, bidan Sri Ariati menemui kendala perbedaan
bahasa. Masyarakat Majene umumnya menggunakan bahasa Mandar sebagai bahasa ibu.
Permasalahan bertambah lagi dengan banyaknya dukun bersalin atau yang biasa
disebut ”sando”. Jumlah sando di Kabupaten Majene sebanyak 172 orang, sedang
jumlah bidan hanya 95 orang. Di wilayah kerjanya sendiri terdapat 18 orang
sando.
Selain menolong persalinan, para sando juga
menganjurkan setiap ibu yang baru melahirkan untuk mengangkat air dari sumur ke
rumah. Kebiasaan ini sudah menjadi tradisi turun-menurun di Kabupaten Majene.
Hal ini cukup membahayakan, bahkan pernah ada kasus seorang ibu yang pingsan
sehabis melakukan tradisi angkat air karena kelelahan karena ia juga harus
menyusui bayi kembarnya. Banyak sekali permasalahan yang dialamai oleh Bidan
Sri Ariati, perjuangan dan kerja keras Bidan Sri Ariati memberikan kontribusi
yang baik untuk masyarakat majene khususnya.
Ø Pendapat Dari Segi Antropologi
Melebur Adat Di Bumi Mandar, Setiap daerah ataupun
bangsa tentunya mempunyai budaya yang beraneka ragam yang kadang rasional namun
terkadang juga irasional. Kita berada di tengah budaya dimana kita harus bisa
menempatkan diri kita di suatu keadaan budaya dimana kita tinggal. Contohnya
seperti yang dialami oleh Bidan Sri Ariati, beliau merupakan bidan yang di
tugaskan di sulawesi barat, padahal beliau berasal dari jawa. Tentunya budaya
sangat berbeda dengan budaya jawa. Tetapi dengan berbagai cara dan keberanian
niat untuk belajar demi merubah pola pandangan budaya masyarakat di daerah
majene yang sudah merupakan tradisi tetapi dari segi kesehatan sangat
merugikan. Dengan kesabaran dan ketekunan akhirnya bidan Ariati mulai belajar
budaya majene sehingga dia bisa melebur dengan masyarakat majene. Yang
berakibat kerja kerasnya tidak sia-sia. Saat ini bidan Sri Ariati bukan hanya
seorang bidan, tetapi juga tokoh yang dihormati. Masyarakat di desanya
memberinya julukan ”Daeng Sombere” yang berarti si peramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar