PERAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI
Oleh : Lenia Lestiany
Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan
peradaban manusia, pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan
sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya,kemajuan tersebut
juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era
globalisasi sekarang ini.
Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin menarik.
Suatu fenomena menarik dalam hal pembiayaan pendidikan menunjukkan gejala
industrialisasi sekolah. Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan
dengan pengembangan suatu kompleks perumahan elite. Sekolah-sekolah nasional
plus di kota-kota besar di Indonesia dimiliki oleh pebisnis tingkat nasional
dan didirikan dengan mengandalkan jaringan multinasional berupa adopsi
kurikulum dan staf pengajar asing.
Otonomi pendidikan tinggi membawa implikasi hak dan
kewajiban perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur pengelolaannya
sendiri termasuk mencari sumber-sumber pendapatan untuk menghidupi diri.
Konsekuensi logis dari otonomi kampus, saat ini perguruan tinggi seakan
berlomba membuka program baru atau menjalankan strategi penjaringan mahasiswa
baru untuk mendatangkan dana. Perdebatan antara anti-otonomi dan pro-otonomi
perguruan tinggi tidak akan berkesudahan dan mencapai titik temu.
Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam
pembiayaan pendidikan mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi
sekolah negeri dan swasta menjadi kabur dan persaingan antarsekolah akan makin
seru. Akibat langsung dari privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa
berdasarkan status sosio-ekonomi. Atau, kalaupun fenomena itu sudah terjadi di
beberapa kota, pemisahan antara siswa dari keluarga miskin dan kaya akan makin
jelas dan kukuh.
Siswa-siswa dari keluarga miskin tidak akan mampu
menanggung biaya yang makin mencekik sehingga mereka akan terpaksa mencari dan
terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang minimalis (baca: miskin) Sementara itu,
siswa-siswa dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan sarana
dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini mendapatkan
iuran pendidikan yang memadai dari siswa, sekolah-sekolah ini juga akan
mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk makin membenahi diri dan meningkatkan
mutu pendidikan. Jadi, sekolah yang sudah baik akan menjadi (atau mempunyai
kesempatan) untuk menjadi lebih baik. Sebaliknya, sekolah yang miskin akan
makin terperosok dalam kebangkrutan.
Dalam dinamika globalisasi, anak-anak bangsa tercecer
dalam berbagai sekolah yang beragam menurut latar belakang sosioekonomi yang
berbeda. Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil bagi semua anak
bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat ini, belum tampak
adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat
pendidikan tinggi. Muncul pertanyaan besar: Ke mana arah pendidikan di Indonesia?
Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak
bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di
antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut
pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses
demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa.
Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah
kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan
sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat.
Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia
perlu membiasakan anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan
dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia.
Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya
{state building] dan {nation building] melainkan juga {capacity building.]
Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus pada kebijakan yang
strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan
instrumental dan teknis seperti UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah,
setiap kabupaten perlu difasilitasi untuk mengembangkan pendidikan berbasis
masyarakat namun bermutu tinggi. Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan
bisa menjadi lahan persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk
mengenali berbagai persoalan dan sumber daya dalam masyarakat serta terus
mencari upaya-upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong
industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten
dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap lulusan perguruan
tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja
tersebut.
Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja.
Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja.
Keduanya memerlukan
jiwa kewirausahaan.
Oleh karena itu, agar supaya perguruan tinggi mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang ini. Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan, umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang.
Oleh karena itu, agar supaya perguruan tinggi mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang ini. Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan, umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang.
Dalam kenyataan
menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan
diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi
menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya
memiliki jiwa kewirausahaan. Proses pembelajaran yang merupakan inkubator
bisnis berbasis teknologi ini dirancang sebagai usaha untuk mensinergikan teori
(20%) dan Praktek (80%) dari berbagai kompetensi bidang ilmu yang diperoleh
dalam bidang teknologi & industri. Inkubator bisnis ini dijadikan sebagai
pusat kegiatan pembelajaran dengan atmosfir bisnis yang kondusif serta didukung
oleh fasilitas laboratorium yang memadai.
Tujuan implementasi inovasi dari kegiatan inkubator
bisnis berbasis teknologi ini adalah menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan
bagi mahasiswa sebagai peserta didik. Sedangkan manfaat yang diperoleh bagi
institusi adalah tercapainya misi institusi dalam membangun generasi
technopreneurship dan meningkatnya relevansi antara dunia pendidikan dengan
dunia industri. Sedangkan manfaat bagi mitra kerja adalah terjalinnya kerja
sama bisnis dan edukasi. Kerjasama ini dikembangkan dalam bentuk bisnis riil
produk sejenis yang memiliki potensi ekonomi pasar yang cukup tinggi.
Proses
globalisasi yang sedang terjadi saat ini, menuntut perubahan perekonomian
Indonesia dari resourced based ke knowledge based. Resource based yang
mengandalkan kekayaan dan keragaman sumber daya alam umumnya menghasilkan
komoditi dasar dengan nilai tambah yang kecil. Salah satu kunci penciptaan
knowledge based economy adalah adanya technology entrepreneurs atau disingkat
techno-preneur yang merintis bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi.
Hightech business merupakan contoh klasik bisnis yang dirintis oleh
technopreneurs.
Bisnis teknologi dunia saat ini didominasi oleh sektor
teknologi informasi, bioteknologi dan material baru serta berbagai pengembangan
usaha yang berbasiskan inovasi teknologi. Bisnis teknologi dikembangkan dengan
adanya sinergi antara teknopreneur sebagai pengagas bisnis, Perguruan Tinggi
dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, serta perusahaan modal
ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan.
Jumlah usaha kecil menengah berbasis teknologi (UKMT)
di Indonesia berkembang dengan pesat. Kecenderungan peningkatan ini lebih
didorong oleh terbatasnya peluang kerja di industri-industri besar karena pengaruh
krisis ekonomi dan mulai munculnya technopreneurship di kalangan lulusan
pendidikan tinggi teknik.
Dalam menghadapi era globalisasi, persaingan akan
semakin ketat, sehingga sangat dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan
aktivitas-aktivitas secara langsung yang dapat meningkatkan daya saing UKMT di
kemudian hari. Kesulitan dan hambatan pada UKMT di Indonesia dalam
mengembangkan usahanya adalah lemahnya jalur pemasaran, dukungan teknologi dan
terbatasnya permodalan. Terlebih lagi, bagi pengusaha pemula, masalah ini akan
terlihat lebih besar dan menjadi kendala cukup besar dalam mengembangkan
usahanya.
Sampai saat ini belum banyak institusi pemerintah maupun swasta yang dapat memberikan dukungan secara langsung untuk pengembangan UKMT khususnya bagi pengusaha pemula. Sehingga sangat dibutuhkan suatu wadah yang dapat memberikan dukungan langsung berupa fasilitas-fasilitas yang dapat membantu UKMT khususnya membantu pengusaha pemula dalam melaksanakan dan mengembangkan usahanya.
Dalam rangka turut serta membantu dan mendukung secara
langsung kegiatan UKMT khususnya kegiatan pengusaha pemula, maka dipandang
sangat perlu untuk dapat membangun suatu wadah yang memiliki fasilitas yang
dapat mendukung secara langsung kegiatan operasional, promosi, pemasaran, konsultasi
teknologi produksi, investasi dan permodalan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas
tersebut, diharapkan UKMT khususnya pengusaha pemula di Indonesia dapat
mengembangkan usahanya lebih cepat dan terarah.
Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda
yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi kesehatan
jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat
memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada
saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM
dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah
kompetisi global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna
menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan
menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa Indonesia.
Sumber : Ii Dian Nurhajayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar